Tradisi Unik Lebaran - Apa yang ada di benak anda ketika mendengar kata Lebaran? Yang pasti jawabannya kurang lebih sama dari dulu hingga sekarang, yang terbersit dan yang paling sering kita dengar antara lain seperti Mudik, Takbiran, Shalat Ied, silaturahmi, ketupat, opor ayam, dan ziarah adalah tradisi yang kerapkali mewarnai ketika mejelang lebaran. Namun Indonesia memiliki beragam adat istiadat, suku, dan budaya yang sangat beragam di tiap daerah masing-masing. Tradisi-tradisi unik sering ditemukan di berbagai daerah yang tersebar di Indonesia.
1. Kupatan di Jawa - Berawal dari Tradisi Wali Songo
Ketupat atau tradisi Jawa-nya kupatan bukan hanya sebuah tradisi lebaran dengan menghidangkan ketupat, sejenis makanan atau beras yang dimasak dan dibungkus daun janur berbentuk prisma maupun segi empat. Sebab, kupatan memiliki makna dan filosofi mendalam. Berikut filosofi dari kupatan yang menjadi tradisi lebaran di Jawa.
Tradisi Kupatan di Jawa [foto: tribunnews.com] |
Dari sisi sejarah, tradisi kupatan berangkat dari upaya-upaya walisongo memasukkan ajaran Islam. Karena zaman dulu orang Jawa selalu menggunakan simbol-simbol tertentu, akhirnya para walisongo memanfaatkan cara tersebut. ''Tradisi kupatan akhirnya menggunakan simbol janur atau daun kelapa muda berwarna kuning”.
Dari sisi bahasa, kupat berarti mengaku lepat atau mengakui kesalahan. Bertepatan dengan momen Lebaran, kupat mengusung semangat saling memaafkan, semangat taubat pada Allah, dan sesama manusia. Dengan harapan, tidak akan lagi menodai dengan kesalahan di masa depan. ''Kupat dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari kafi. Yakni, kuffat yang berarti sudah cukup harapan".
Dari sisi penyimbolan, dipilihnya janur karena janur biasa digunakan masyarakat Jawa dalam suasana suka cita. Umumnya, dipasang saat ada pesta pernikahan atau momen menggembirakan lain. Janur dalam bahasa Arab berasal dari kata Jaa Nur atau telah datang cahaya. Sebuah harapan cahaya menuju rahmat Allah, sehingga terwujud negeri yang makmur dan penuh berkah.
Dari sisi isinya, dipilih beras yang baik-baik yang dimasak jadi satu sehingga membentuk gumpalan beras yang sangat kempel. Ini pun memiliki makna tersendiri, yakni makna kebersamaan dan kemakmuran. ''Harapan para Wali Songo dulu, tradisi kupatan ini bukan sebuah formalitas, tapi menjadi semangat kebersamaan umat".
Selain itu, biasanya kupatan dimaknai dengan potongan miring sebagai simbol perempuan. Potongan kupat miring tersebut lazim disandingkan dengan lepet berbahan beras ketan dengan bentuk lonjong sebagai simbol laki-laki. ''Artinya, pasangan suami istri juga harus selalu hidup rukun dan bersanding".
2. Grebeg Syawal di Jogja
Tradisi Grebeg Syawal ini cukup terkenal di kalangan masyarakat luar Yogyakarta. Tradisi ini merupakan tradisi keraton dalam memperingati lebaran. Grebeg Syawal diawali dengan keluarnya Gunungan Lanang (Kakung) dan dibawa ke Mesjid Gede Keraton Nyayogyakarta untuk di do'akan.
Tradisi Grebeg Syawal di Jogja [foto: liputan6.com] |
Gunung Lanang ini terbuat dari sayuran dan hasil bumi lainnya dan dikawal oleh prajurit keraton. Nantinya masyarakat akan berebutan mengambil hasil bumi yang terdapat di Gunung Lanang. Konon katanya tradisi ini dipercaya oleh masyarakat dapat membawa keberkahan dan ketentraman.
3. Ngadongkapkeun di Banten
Ngadongkapkeun adalah wujud syukur bagi warga Desa Cisungsang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Tradisi ngadongkapkeun merupakan perpaduan adat lokal dengan ajaran Islam. Intinya bentuk rasa syukur warga kepada Allah SWT dan penghormatan pada leluhur yang telah berjasa sehingga anak cucunya bisa hidup bahagia. "Tradisi ngadongkapkeun dilakukan di saat ada rezeki berlebih, berlangsung pada hari pertama bulan puasa, hari terakhir puasa, setelah salat Idul Fitri, sehabis ziarah kubur, pada bulan purnama dan magrib. Ngadongkapkeun bisa dipimpin langsung para pemimpin adat seperti olot atau kokolot lembur (tetua kampung)".
Dengan berpakaian khas Banten Kidul, yakni berwarna hitam serta penutup kepala, kokolot lembur langsung memanjatkan doa kepada Allah SWT. Sehabis berdoa, masyarakat pun sungkem pada kokolot lembur. Bukti berjalan sejajarnya tradisi dan agama itu bisa dilihat ketika masyarakat sangat antusias dalam melaksanakan takbiran dan salat Idul Fitri. Dua mesjid di Cisungsang, Baiturrahman dan Cisungsang, ramai dijadikan ajang takbiran dan salat Ied.
4. Bakar Gunung Api di Bengkulu
Nah, kalau tradisi Bakar Gunung Api ini, biasanya dilakukan oleh Suku Serawai di Bengkulu sejak ratusan tahun silam. Tradisi ini dilakukan saat malam takbiran setelah shalat Isya.
Tradisi Bakar Gunung Api di Bengkulu [foto: liputan6.com] |
Batok kelapa disusun seperti tusuk sate sehingga tinggi menjulang kemudian dibakar sehingga api membumbung tinggi. Oh, jadi gitu toh! Kirain beneran gunung apinya yang dibakar. Ada nuansa magis saat melihat api yang membumbung tinggi. Konon katanya tradisi ini sebagai simbol ucapan syukur kepada Tuhan dan juga doa kepada arwah keluarga agar tentram di dunia dan akhirat.
5. Perang Topat di Lombok
Tradisi di Lombok pun tak kalah uniknya dengan daerah lain. Tradisi ini baru dilaksanakan seminggu setelah Lebaran. Masyarakat Lombok, Nusa Tenggara barat yaitu Suku Sasak biasanya akan saling bersilaturahmi dan berziarah.
Tradisi Perang Topat di Lombok [foto: tourbalilombok.com] |
Selain itu di Pura Lingsar, yang berlokasi di Lombok Barat terdapat tradisi unik, yaitu Perang Topat. Dimana masyarakat sekitar Pura akan melakukan saling melempar ketupat. Mereka percaya dengan melakukan ritual tersebut, Tuhan akan mengabulkan doa mereka.
6. Meriam Karbit di Pontianak
Di Pontianak, Kalimantan Barat, terdapat tradisi yang sudah dilakukan sejak lebih dari 200 tahun yang lalu. Tradisi tersebut biasa disebut sebagai Festival Meriam Karbit.
Tradisi Meriam Karbit di Pontianak [foto: garagara.id] |
Dimana mereka akan menyalakan meriam dari kayu yang besar dengan diameter 30 cm kemudian diletakkan di tepian Sungai Kapuas. Awalnya meriam tersebut dibunyikan untuk mengusir kuntilanak dengan suaranya yang mendentum keras, namun kini digunakan untuk menyambut Lebaran.
7. Ngejot di Bali
Walau Bali mayoritas penduduknya bukan muslim, namun muslim di Bali memiliki tradisi unik bernama Ngejot. Tradisi makan-makan pun dikenal di kalangan “Nyama Selam” di Bali. Nyama Selam yang artinya saudara dari kalangan muslim merupakan sebutan khas penduduk Bali yang mayoritas Hindu kepada kerabat sekampung yang beragama Islam.
Tradisi Ngejot di Bali [foto: dream.co.id] |
Menjelang Idul Fitri, warga Muslim akan melakukan "Ngejot" atau memberikan hidangan kepada masyarakat sekitarnya, tidak peduli apapun agamanya. Tradisi ini sudah dilakukan sejak masa kerajaan dan hampir dapat ditemukan di sebagian besar daerah di Bali. Tradisi ini juga menyiratkan keindahan toleransi beragama. Biasanya, umat Hindu akan memberikan balasan dengan melakukan "Ngejot" kepada warga Muslim di hari Nyepi atau Galungan.
8. Bakar Ilo Sanggari di NTB
Lentera yang terbuat dari bambu dan dililit minyak biji jarak kemudian dibakar, dipasang di sekeliling rumah sehingga rumah bercahaya dengan nyala api. Masyarakat NTB percaya bahwa dengan menyalakan lentera, malaikat dan roh leluhur akan datang dan memberikan berkah di hari Lebaran.
Tradisi Bakar Ilo Sanggari di NTB [foto: kebudayaanindonesia.net] |
9. Festival Tumbilotohe di Gorontalo
Tradisi ini mirip dengan Bakar Ilo Sanggari di NTB yang memasang lampu di sekitar rumah. Lampu yang terbuat dari damar dan getah pohon dipasang sejak 3 malam terakhir menjelang Lebaran. Tradisi memasang lampu tersebut awalnya untuk memudahkan warga memberikat zakat fitrah di malam hari.
Tradisi Festival Tumbilotohe di Gorontalo [foto: antarafoto.com] |
Kala itu, lampu terbuat dari damar dan getah pohon. Seiring waktu, lampu diganti dengan minyak kelapa dan kemudian beralih menggunakan minyak tanah. Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad ke-15 Masehi. Kini, lampu yang dipasang hadir dalam berbagai bentuk dan warna. Lampu dipasang tak hanya di rumah, melainkan di kantor, masjid, hingga sawah.
10. Binarundak di Sulawesi Utara
Masyarakat Sulawesi Utara melakukan Binarundah tiga hari setelah lebaran. Tradisi ini berupa memasak nasi jaha dan memakannya bersama-sama.
Masyarakat Sulawesi Utara melakukan Binarundah tiga hari setelah lebaran. Tradisi ini berupa memasak nasi jaha dan memakannya bersama-sama.
Tradisi Binarundak di Sulawesi Utara [foto: tribunnews.com] |
Nasi Jaha adalah beras ketan, santan, dan jahe yang dimasukkan ke dalam batang bambu, dilapisi daun pisang kemudian dibakar dengan serabut kelapa. Nasi Jaha dimakan beramai-ramai dengan perantau yang mudik sehingga menjadi acara silaturahmi dan simbol syukur kepada Allah SWT.
Itulah Tradisi Unik Lebaran di Berbagai Daerah di Indonesia, yang saya kutip dari beberapa sumber media online dan pastinya masih banyak lagi tradisi unik lainnya yang admin belum ketahui. Bagaimana dengan tradisi unik lebaran di daerah sobat masing-masing? Barangkali di daerah tempat tinggal sobat memiliki tradisi yang lebih unik lagi, silahkan share dengan meninggalkan jejak pada kolom komentar yang tersedia.
Itulah Tradisi Unik Lebaran di Berbagai Daerah di Indonesia, yang saya kutip dari beberapa sumber media online dan pastinya masih banyak lagi tradisi unik lainnya yang admin belum ketahui. Bagaimana dengan tradisi unik lebaran di daerah sobat masing-masing? Barangkali di daerah tempat tinggal sobat memiliki tradisi yang lebih unik lagi, silahkan share dengan meninggalkan jejak pada kolom komentar yang tersedia.
saya tertarik dengan artikel anda,
BalasHapusmemang di indonesia ini kaya akan tradisi gan,, semoga akan terjaga selalu ya gan,, makasih mas infonya, dan salam kenal,,
Blogger Aceh,
Betul banget gan, Indonesia kayak akan tradisi dan kebudayaan...
HapusSalam kenal juga buat gan Iwan dan terimakasih atas kunjungannya disini :)
salam kenal juga dari saya gan, blogger karbitan dari Subang heheeh
Hapusemang karbit bisa blogging mang?
Hapusbisa mang...Karbitanu wijaya kusumah deko namanya :D
HapusTiap daerah memiliki tradisi masing masing ya Kang...
BalasHapusKalo di tempat saya ngak ada yang unik :)
yang sama tiap daerah yaitu Mudik, Takbiran, Shalat Ied, silaturahmi ya kang.
BalasHapusadalagi tradisi di daerah Subang tuh kang, yaitu TUKAR RANTANG, yaitu bertukar sayuran dan masakan yang deket biasanya pakai piring ... berarti tukar piring ya hehehe
cieciecie .. sudah pakai subdomain nih ckckckc...
Hapusbuser meriam karbit gedee banget
BalasHapusBanyak sekali yah mas tradisi lebaran di berbagai daerah di indonesia kita ini. terimakasih mas info nya.
BalasHapusmemang indonesia penuh dengan ragam budaya,intinya berbagai tradisi diatas adalah wujud syukur pada ilahi yamas
BalasHapusloh ini artikel jaman baheula ya mas,saya udah komen tuh :D
Hapusdi tempat saya juga kupat, jawa barat hehehe
BalasHapuskalo saya ikut yang genjot dan kupatan mas. soalnya saya tinggal dibali tapi ibu dari jawa heheh dobel deh
BalasHapuswah enak dong bisa ngerasain dua tradisi mas :)
Hapusunik-unik ya tradisi tiap daerahnya..
BalasHapusyang menting jangan yang melenceng dari ajaran islam aja tradisinya, tetap sesuai kaidahnya :)
seharusnya sih gitu mas, cuma sekarang nie yang namanya hari raya lebaran sepertinya bukan cuma dari kalangan muslim saja yang ikut merayakan, banyak diantara non muslim pun turut merayakannya, makanya mungkin di sebagian daerah ada tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam :)
Hapusunik juga tradisi tiap daerah bro..
BalasHapusbtw ptc yang masih aktif and terbukti membayar apa aja nih bro..??
ptc luar apa lokal bro? kalo ptc luar sih banyak yang masih aktif dan terbukti membayar cuma untuk ptc luar saya cuma fokus di 3 ptc aja probux, fusebux dan zapbux sementara untuk ptc lokal ada 2 yang saya masih ikuti KAD dan Surgaklik, walaupun kadang gak bisa tiap hari ngekliknya :)
Hapussetiap daerah memang memoliki keunikan ya mas
BalasHapustapi berbeda dg dijakarta kaloo udah habis salam2an...suasana langsung jd sepi dan jlnan lenggang :)
Menarik sekali, ya, mengamati tradisi Lebaran di tanah air. Di negara yang saya tempati sekarang (Yaman) malah enggak ada tradisi berkunjung ke tetangga.
BalasHapusitulah kedahsyatn budaya dan adat istiadat bangsa ini..sungguh bikin saya teh terkesima selalu kalau liat kebudayaan teh.
BalasHapusSelamat lebaran, mohon Maaf lahir batin banget ya kang.
eh ketemu ini lagi
Hapussaya baru tau tradisi2 unik daerah lain, beragaaam ya ternyata :D
BalasHapustradisi-tradisi unik saat lebaran, jd bikin meriah dan menambah kental makna lebaran, lebar dalam bersilaturrahmi, lebar dalam menjalin tali persaudaraan dan gotong royong, lebih unik lagi yg punya rizki lebih saling berbagi, sungguh bermakna ya Mas
BalasHapuskemana sekarang mas sukarya ya
Hapusmudik mungkin :D
Hapuswah unik banget mas, keren dah, itu yang membuat budaya indonesia disukai oleh banyak orang asing.
BalasHapusNamanya ini loh unik unik kang, asing di telinga saya, di daerah saya ad gk yah tradisi menyambut lebaran, searching ahh, tradisi lebaran di Riau. Hehehe.
BalasHapusMakasih infonya kang marnes.
Coba aja tanyain sama simbah gugel
HapusCoba aja tanyain sama simbah gugel
HapusOhya saya antusias kang ngeliat tradisi festival di gorontalo itu, hiasan lampu damar nya unyu unyu...
BalasHapuskan saya juga masih unyu unyu :D
Hapusketauan banget bahwa dulu mas admin jarang bales komen lo ya
BalasHapusemang, tapi itu juga karena liat temen-temen blogger yang laen aja mas :D
Hapuskupatan pada hari lebaran ke-7 tuh yg paling seru ke pantai mas,soale disini rata2 pantai mengadakan larung kupat dan tumpeng ke laut
BalasHapuswah kalo tradisi seperti itu saya blom tau mas, kalo di daerah tegal ada tradisi seperti itu gak yah?
HapusPaling seru tradisi no 6 tuh ga ada duanya dengar sauaranya kayak perang
BalasHapuskalo dikampungan saya disebutnya itu bebeledogan mas, yang bahannya dari bambu terus dilubangi di isi minyak tanah :D
HapusSangat menarik,,,
BalasHapusSalam damai kebersamaan gan,,,