MarnesKliker.com - Pesan Terakhir Seorang Ayah untuk Anaknya di Facebook, kisah ini menceritakan tentang hubungan antara seorang ayah dan anak
yang sudah lama tidak berjumpa. Hingga pada suatu hari sang ayah mengirimkan
pesan untuk anakya di Facebook.
Bagi sobat and sobit yang masih memiliki ayah, jika selama ini hubungan
komunikasi antara Anda dan ayah Anda kurang baik maka perbaikilah.
Bersilaturahmilah dengan kedua orang tua, doakan ibu dan bapak kita agar selalu
diberikan kesehatan, umur yang panjang dan juga keselamatan. Begitu besarnya
pengorbanan seorang ayah demi untuk membesarkan, menjaga dan membahagiakan
anaknya. Bahkan tak jarang, seorang ayah rela berkorban jiwa dan raga demi
membahagiakan anaknya. Baca: Ketika Seorang Ayah Berbohong Demi Kebahagiaan Anaknya. Baca dan resapi serta renungkanlah jika kisah cerita ini terjadi pada
diri kita.
Berikut ini kisah ceritanya:
Seorang pemuda duduk di hadapan laptopnya, dia login Facebook. Pertama
kali yang dicek adalah inbox. Hari ini dia melihat sesuatu yang tidak pernah
dia pedulikan selama ini. Ada 2 pesan yang selama ini ia abaikan. Pesan yang pertama,
yaitu spam. Pesan kedua… Lalu dia membukanya. Ternyata ada sebuah pesan
beberapa bulan yang lalu. Dia pun mulai membaca isi pesannya.
Hai anakku… Ini kali pertama Bapak mencoba menggunakan Facebook. Bapak mencoba
menambahkan kamu sebagai teman, sekalipun Bapak tidak terlalu paham dengan ini.
Lalu bapak mencoba mengirim pesan ini kepadamu. Maaf, Bapak tidak pandai
mengetik. Ini pun kawan Bapak yang mengajarkan.
Bapak hanya sekedar ingin mengenang. Bacalah! bacalah anakku…
Saat kamu kecil dulu, Bapak masih ingat pertama kali kamu bisa ngomong. Kamu
asyik memanggil: “Bapak, Bapak, Bapak”. Bahagia sekali rasanya anak lelaki
Bapak sudah bisa memanggil-manggil Bapak, sudah bisa memanggil-manggil Ibunya. Bapak
sangat senang bisa berbicara dengan kamu walaupun kamu mungkin tidak ingat dan
tidak paham apa yang Bapak ucapkan ketika umurmu masih 4 atau 5 tahun. Tapi, percayalah. Bapak dan
Ibumu bicara dengan kamu sangat banyak sekali. Kamulah penghibur kami setiap
saat, walaupun hanya dengan mendengar gelak tawamu.
Saat kamu masuk SD, bapak masih ingat… ketika kamu selalu bercerita dengan
Bapak, ketika membonceng motor tentang apapun yang kamu lihat di kiri kananmu
dalam perjalanan.
Ayah mana yang tidak gembira melihat anaknya telah mengetahui banyak hal di
luar rumahnya.
Bapak jadi makin bersemangat bekerja keras, bekerja keras mencari uang
untuk biaya kamu ke sekolah. Karena kamu lucu sekali dan menyenangkan. Bapak
sangat menginginkan kamu menjadi anak yang pandai dan taat beribadah.
Masih ingat, ketika kamu saat pertama kali kamu punya HP? Diam-diam waktu itu
Bapak menabung karena kasihan melihatmu belum punya HP sementara kawan-kawanmu
sudah memilikinya.
Ketika kamu masuk SMP, kamu sudah mulai punya banyak kawan-kawan baru. Ketika
pulang dari sekolah, kamu langsung masuk kamar. Mungkin kamu lelah setelah
mengayuh sepeda, begitu pikir Bapak. Kamu keluar rumah, keluar kamar hanya pada
waktu makan saja setelah itu masuk lagi, dan keluarnya lagi ketika akan pergi
bersama kawan-kawanmu.
Kamu sudah mulai jarang bercerita dengan Bapak. Tahu-tahu kamu sudah mulai
melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi lagi. Kamu mencari kami saat
perlu-perlu saja serta membiarkan kami saat kamu tidak perlu.
Ketika mulai kuliah, kamu kuliah di luar kota, sikap kamu pun sama saja dengan
sebelumnya. Jarang menghubungi kami kecuali disaat mendapatkan kesulitan.
Sewaktu pulang liburan pun kamu sibuk dengan HP kamu, dengan laptop kamu,
dengan internet kamu, dengan dunia kamu.
Bapak bertanya-tanya sendiri dalam hati. Adakah kawan-kawanmu itu lebih penting
dari Bapak dan Ibumu? Apakah Bapak dan Ibumu ini cuma diperlukan saat nanti
kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? Apakah kami ibarat tabungan kamu
saja?
Kamu semakin jarang berbicara dengan Bapak lagi. Kalau pun bicara, dengan
jari-jemari saja lewat SMS. Berjumpa tapi tak berkata-kata. Berbicara tapi
seperti tak bersuara. Bertegur cuma waktu hari raya saja. Tanya sepatah kata,
dijawab sepatah kata. Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, malah menjadi-jadi.
Malam ini, Bapak sebenarnya sangat rindu sekali pada kamu.
Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma Bapak sudah merasa
terlalu tua. Usia Bapak sudah diatas 60-an. Kekuatan Bapak tidak sekuat dulu
lagi…
Bapak tidak minta banyak nak…
Kadang-kadang, Bapak cuma mau kamu berada di sisi Bapak. Berbicara tentang
hidup kamu. Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu. Menangis pada
Bapak, mengadu pada Bapak, bercerita pada Bapak seperti saat kamu kecil dulu.
Andaipun kamu sudah tidak punya waktu sama sekali berbicara dengan Bapak,
jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan Tuhanmu. Jangan letakkan
cintamu pada seseorang di dalam hati melebihi cintamu kepada Tuhanmu. Mungkin
kamu mengabaikan Bapak nak, namun jangan kamu sekali-kali mengabaikan Tuhanmu.
Maafkan Bapak, maafkan atas segalanya. Maafkan Bapak atas curhat Bapak ini. Jangan lupa sholat, jagalah hatimu nak… Jagalah imanmu.
Pemuda itu meneteskan air mata, terisak. Dalam hati terasa perih tidak
terkira.....
Bagaimana tidak? Pesan terakhir seorang ayah untuk anaknya di Facebook
ini dibaca setelah 3 bulan ayahandanya meninggal. Dan ayahandanya pergi untuk
selama-lamanya.
Begitulah kisah tentang Pesan Terakhir Seorang Ayah untuk Anaknya di Facebook,
yang saya kutip dari kiriman Susi Sulistiyaningsih di Google Plus. Semoga kisah
cerita di atas bisa menjadi inspirasi sekaligus menjadi bahan renungan untuk
kita semua. Orang tua adalah segala-galanya bagi kita, dia adalah pelita hidup
kita, menjaga kita. Satu-satunya orang yang paling sayang kepada kita. Sayangi
orang tuamu, sayangi bapakmu, sayangi ibumu, sampai kita tidak bisa lagi
melihat mereka, sampai kita hanya bisa mendoakan mereka.
memang jangan sampai internet membuat kita menjadi makhluk asing bagi keluarga kita karena asyik dengan dunia sendiri apalagi sampai lupa sama Sang Pencipta
BalasHapussetuju mas, jangan sampe keberadaan facebook menjadikan kita jadi jauh dengan orang-orang terdekat karena kesibukan kita dengan dunia kita sendiri *jangan sampe deh
Hapusya betul, saya juga setuju mas
Hapussaya manggut-manggut
Hapusjangan cuma manggut-manggut mas yan...., tunjukkan ekspresimu :)
Hapusmakanya ajarin dong mas yantonya biar bisa berkespresi mbak :D
Hapusbukannya adminnya yg ngajarin...?
Hapuscie...adminnya suka ngajarin mbak lina ya
Hapusnimbrung...ah
Hapusbayar :D
Hapustak curi bayarannya ah
Hapusbelum dibayar udah dicuri
Hapuslalu saya harus bilang wow gitu??
HapusIni pernah gue alami ni?
HapusNgangguk ngangguk aja dech sambil ngopi
HapusMedia Sosial hendaknya digunakan untuk sesuatu yg bermanfaat ya Kang, dengan tidak meninggalkan kewajiban Pokok kita dalam beribadah maupun dalam berbakti kepada kedua orang tua kita ... :)
BalasHapusyups betul sekali kang, jadikan media sosial untuk saling berbagi informasi yang bermanfaat aja :)
Hapusintinya mesti pinter memilah dan memilih yamas
Hapusbegitulah kira-kira :D
Hapuskira-kira apa ya yang cocok?
Hapusyang cocok itu kalo mbak imer mengirimkan makanan gratis ke saya :D
Hapuskalau dekat langsung tak kasih mas, nggak usah dikirim
Hapusmakanya mari kita kopdar
Hapusboleh tuh mas...
Hapuskapan?
Hapuskapan-kapan
Hapuskayak lagunya Koes Plus - Kapan Kapan
Hapuswah saya suka tuh lagunya Koes Plus :)
Hapussaya dong suka megadeth
HapusDream Theater dong :)
Hapuskatanya fans chibi-chibi?
HapusBang H. Rhoma Irama dong :D
HapusMengharukan banget pesan bapaknya..first time using pesbuk..jadi menggugah nurani kang marnes..
BalasHapusSalam satriyoku
iya kang cukup mengharukan bingits deh... betapa sedihnya si pemuda tersebut ketika mengetahui bahwa pesan yang dibacanya tersebut merupakan pesan terakhir dari ayahnya.
Hapusiya jadi mau nangis mas
Hapusya tinggal nangis aja kan
Hapusjadi terharu nih sob :(
BalasHapusgak ampe nangis kan? :D
Hapuslha itu air matanya
Hapusitu air hujan
Hapusjgn lupa ditampung mas buat bikin kopi.....
Hapustampung pake ember buat mandi sekalian, puas? :D
Hapuslaper koq gimana mau puas coba?
Hapusmakannya yang banyak
Hapushuhuhu saya jadi terharu nih gan
BalasHapusTeknologi Itu Seperti Pisau, tergantung dipakai siapa dan digunakan untuk apa
pisau oh pisau
Hapuskalo pisau dapur biasanya digunakan sama emak-emak kan :D
Hapuskalau pisau belati....?
Hapussering dibawa-bawa sama Mas Rambo
Hapushe he he mas rambo yang bintang film itu ya :)
HapusHo'oh...
Hapuscuma Ho'oh doang...? nggak ada yang lain?
Hapushahaha...mas marnes klepek-klepek dapet serangan nih
Hapusahayyyyy
Hapus@Mas Yanto, iya keteteran saya mas, inetnya lemot banget :D
Hapuslemmodz ya mas :)
HapusHo'oh lemot kayak bekicot :D
Hapusbekicot isdebes
Hapusalhamdulillah saya mempunyai komunikasi yang cukup baik dengan kedua orang tua kang, kadang ketika saya mempunyai sedikit rejeki jika orang tua membutuhkan saya selalu ngasih.padahal kebutuhan saya masih banyak.namun kayanya pengorbanan saya kepada orang tua belum bisa membalikan...
BalasHapusKalo hal seperti itu sih udah biasa saya lakukan kang, meskipun orang tua tidak pernah meminta tapi saya selalu berinisiatif sendiri, meskipun tidak bisa memberikan dalam jumlah yang banyak tapi ketika saya pulang Insya Allah saya selalu membelikan oleh-oleh dan memberi uang (alakadarnya). Hal seperti ini udah biasa saya lakukan ketika saya harus terpisah dengan orang tua untuk melanjutkan sekolah SMA di Jakarta, jadi dulu ketika saya diberi uang makan sama pihak yayasan, biasanya separuh uangnya saya simpan dan ketika pulang kampung, uang itu saya belikan oleh-oleh dan sebagiannya lagi saya kasih ke ibu saya.
HapusKebiasaan inilah yang membuat saya gak berani pulang jikalau saya gak punya uang, meskipun orang tua tidak pernah memintanya, cuma karena kebiasaan saya waktu masih sekolah SMA, jadi suka ada perasaan gak enak kalo pulang gak bawa apa-apa. Ketika dikasih barang/makanan pun saya gak pernah memakannya sendiri, bisanya kalo makanan tersebut merupakan makanan yang bisa bertahan lama, saya suka liat masa kadaluwarsanya, kalo masih lama itu makanan saya simpen buat kalo nanti saya pulang saya bakalan bawa tuh makanan buat keponakan saya
Curcol ni mas...
Hapushehehehe
begitu kira-kira :D
Hapuscurhatnya di inbox aja kang marnes :D
Hapusnggak bisa memabayangin bagaimana rasanya sianak itu ketika membaca pesan ini.
BalasHapusdapat menjadi pelajaran bagi kita semua,terutama yg masih punya kedua orang tua.jangan menyia nyiakan keduanya sebelum menyesal dikemudian hari
iya mas, cerita di atas juga mengena banget buat saya mas, secara saya juga jarang banget berkomunikasi dengan kedua orang tua, maklum orang tua saya orang jadul jadi gak mengerti dan gak bisa menggunakan HP, makanya sekalinya ketemu pun sayanya yang harus pulang kampung. Kalo waktu masih bujangan sih saya rutin tiap bulan pulang, cuma semenjak saya dah berkeluarga saya dah gak bisa lagi pulang setiap bulan, kendalanya cuma masalah ekonomi aja...
Hapusdah mengakui ya mas, ketahuan ya sekarang :)
Hapussetiap orang tentunya punya masalah mas,
Hapustermasuk mbak lina bukan?
iya bumbu dapur mbak lina abis
Hapusya ya mas yanto betul itu :)
Hapusmas yanto kan temen saya
Hapussaya tau
Hapusmiris sekali ya membaca ceritanya
BalasHapusjangan lupa tisunya mbak disiapin
Hapussatu pack kira-kira cukup ga ya?
Hapusinsyaallah cukup mas :)
Hapuskalo kurang ngomong aja ya :D
Hapussaya urun kopi deh
Hapustisunya jangan ketinggalan mbak :(
Hapuskisah yang sangat mengharukan, memang kita diajarkan untuk selalu menghormati dan mengasihi orang tua kita yah mas sebelum terlambat.
BalasHapusIya mas kalo dah gak ada mah, kita cuma bisa mendoakan mereka doang
Hapusartikel Bagus
BalasHapusBy
Pusat Sepatu Bagus
sangat mengharukan gan, sebaiknya ane lebih menghormati orang tua ya gan agar ane bisa jadi anak sholeh, makasih gan buat info nya
BalasHapusudah kewajiban seorang anak untuk berbarbakti, menghargai dan menghormati kedua orang tua... sama-sama mas, makasi juga atas kunjungannya :)
Hapus2 jempol buat artikelnya mas...
BalasHapuskirain mau 4 mas
Hapustambain atuh gan...
Hapusbayar dulu lah
HapusTerharu sekali kang setelah saya baca artikel ini, Banyak sekali pesan moral yang terkandung dalam postingan ini. . Setidaknya kita sebagai anak, sesibuk apapun jangan pernah melupakan kedua orang tua kita, Ibu dan Bapak, Ingatlah disaat beliau bertarung mengeluarkan keringat buat mencari nafkah buat kita..
BalasHapusRestu orang tua akan membawa kita selamat dunia akherat :). Buatlah mereka tersenyum dan bangga terhadap kita selagi masih ada. Terkadang rasa Sadar akan timbul disaat waktu Kehilangan :)
iya kang, sejuk banget saya baca komentarnya kang Hary...
Hapuskalo gitu untuk menghangatkan suasana, mari kita seruput kopi :)
kopinya gax ada kang,, kirim dimari donk :D
Hapusbawa selang aja kemari, biar air kopinya ngalir kesono :D
Hapusselangnya gax ckup kang, gmana donk ?
Hapuspake sedotan kalo gituh :D
Hapusmengharukan,
BalasHapusharus punya komunikasi yang baik dg kedua orang tua, krna banyak petuah berguna yg bisa kita dapatkan semasa mereka hidup
banget...
Hapussemakin baik komunikasi pastinya akan menjadikan keluarga itu lebih indah
BalasHapusbijak sangat mas ini
HapusTerharu :') teringat sama almarhum ayah sewaktu masih hidup. Ayah saya selalu berkata "belajar yang benar dan jadilah wanita yang hebat" ayah i miss u :')
BalasHapusYang sabar ya wida...
HapusBapak saya sudah gak ada sejak 12 tahun silam. Tapi semangatnya selalu ada di sini .... :'(
BalasHapusBaca kisah ini saya sangat terharu. Ingat ayah saya yang sudah tua. Hmmm... Jadi pengen balik kampung.
BalasHapussama kang saya juga jadi keingetan sama si abah dikampung halaman
Hapussangat setuju dengan pesan di postingan diatas, karena selagi ortu terlebih ayah masih ada, marilah kita menunjukkan kasih sayang kepada mereka, kerena mereka jauh lebih dahulu menyayangi kita
BalasHapuspoin banget kan?
Hapusiya, dan setelah itu penyesalan tak berujung si anak yang selamanya pun nggak ada gunanya bukan?
BalasHapusmakanya mari kita berbakti kepada bapak ibu. cukup dengan menelponnya saat kita jauh, itu sudah menunjukkan perhatian kita kepada mereka
Iya mas, saya juga pengen bisa telponan sama kedua orang tua, cuma bapak dan ibu saya mah gak ngerti mas, ya namanya juga orang kampung dah sepuh pula #disitu kadang saya merasa sedih
Hapussedih dan terharu banget, dari uraian di atas, jadi termenung sendiri, karena saya juga merasakan hal yang seperti itu :'(
BalasHapussama dong, saya juga
Hapuskalo ibu mungkin jauh lebih sedih ya mas marnes...hiks... :"(
BalasHapuspastinya mbak
HapusSosial MEdia semacam FB ini memang unik. Seperti kata salah seorang pakar TELEMATIKA yang mengatakan SOSIAL MEDIA ini "mendekatkan" yang jauh dan "menjauhkan" yang dekat memang ada benarnya. Saya aja sering kirim BBM an atau Messenger dengan istri saya padahal jarak saya dan istri cuma dibatasi tembok. Beda ruangan aja pake SOSMED
BalasHapuskalimat tersebut memang ada benernya juga kang, tak jarang karna asyik dengan dunianya sendiri di medsos jadi lupa dengan yang laen
Hapussebagai anak yang baik, kita harus mendengarkan apa yang dikatakan beliau ya sob, jadi kita tidak jadi anak durhaka
BalasHapusiya dong
Hapusdari sini saya bisa belajar , alhamdulillah mumpung orang tua saya masih lengkap saya tidak akan sia siakan mereka .. terimakasih sangat bermanfaat dan sangat memberikan motivasi
BalasHapussama-sama mbak, sekedar sharing aja, semoga bisa menjadi inspirasi bua kita semua untuk selalu menyayangi orang tua, ibu dan bapak kita :)
HapusHuaaaa.. Jadi makin sedih nih, Bang :(
BalasHapusTerkadang kita memang sering melupakan bertutur sapa dengan kedua orang tua kita ya mas, yah walaupun cuma sebentar sudah sepantasnya lah kita selalu bertutur sapa kepada ke 2 nya.
BalasHapusSangat menyentuh sekali. Mungkin, sudah saatnya utk mengurangi asyik dgn dunia sendiri. Dan lebih memperhatikan orang disekitar kita, yg uda jelas2 menyanyangi kita semua
BalasHapusseimbangkanlah mas antara dunia nyata dengan dunia maya
Hapuswah ceritanya sangat menyentuh sekali mas marnes
BalasHapusterima kasih sudah berbagi cerita yang sangat inspiratif ini
hampir jatuh air mataku. jadi pengen pulang. apaaaa i love u
BalasHapus